Melodi_ofDee
Tuhan menciptakan kehidupan seperti kumpulan nada. Naik turun, minor mayor, yang jika digabungkan akan membentuk sebuah melodi. Indah tidaknya tergantung kita mengikuti ketukan iramanya. Jika ketukannya pas maka akan menjadi melodi yang indah. Di sini aku hanya ingin mengikuti irama Tuhan. Tuhan telah membuatkan melodi ini untukku, dan tugasku membuatnya terdengar indah.
Senin, 23 Februari 2015
Siluet Pohon Rindang
Di bawah pohon rindang aku sering melihatnya lewat, terkadang melirik sembunyi sembunyi, terkadang memandangku, berbisik dengan temannya lalu terkikik. Tak heran entah lewat angin mana, aku mendengar dia suka.
Ketika pada akhirnya kami berteman, benar benar berteman, kami sering duduk berdua di bawah pohon rindang. Entah hanya sekedar merebahkan badan di rerumputan, atau mendengar suaranya yang merdu dengan iringan gitarku. Dia teman yang sangat menyenangkan.
Di bawah pohon rindang aku sering mendengar ceritanya, petualangannya. Dia bagai burung yang selalu terbang dari satu dahan ke dahan berikutnya. Indah menggoda namun tak pernah menetap. Mendengarkan dia membaca pesan yang dikirimkan maupun diterima dari lelaki lelakinya. Hingga terlontar, "Kalau aku jadi laki laki itu, aku tidak akan tergoda olehmu."
Matanya berubah berbinar mengancam, "Bener, ya..."
Hari berikutnya bagai ada serangan di seluruh tubuh lewat hpku. Pagi, siang, malam, kulitku serasa dicubit, kudukku serasa digelitik, hatiku serasa diketuk. Dia memang luar biasa, dan aku luluh lantak. Aku menyerah.
Ketika akhirnya dia menghilang setelah 20 batang mawar kuberikan, aku pun tak pernah lagi mendatangi pohon rindang. Luka oleh sahabat terasa lebih menyakitkan.
Sepuluh bulan berlalu, ketika sebuah pesan dari nomor tak kukenal. Satu kata "Maaf." Hatiku langsung hangat.
Pohon rindang kembali jadi tempat yang menyegarkan, Tawanya kembali berkumandang, dendang lagunya terdengar indah meskipun bergumam. Tatapan mesra menjadi sebuah tambahan indah. Genggaman tangan menjadi pengobat hati yang luka sekian lama.
Indah dan hanya indah. Bahagia dan hanya bahagia. Seolah tak ada habisnya.
Pengecut sebutan yang mungkin pantas, saat akhirnya aku memutuskan lari ketakutan dari kebahagiaan yang ada. Kebahagiaan ini terlalu menakutkan. Aku takut terluka. Bagaimana jika aku hanya sebuah dahan untuknya, yang pada akhirnya akan dia tinggalkan.
Entah kenapa pohon rindang menjadi pilihan. Aku meninggalkannya dalam diam dan menatapku dengan mata terluka.
Terakhir aku melihatnya di bawah pohon rindang ini juga. Kami, beberapa orang janjian untuk berangkat bersama ke pernikahan teman. Dia datang bersama pria yang teman kami juga. Bercakap cakap dengan semua teman yang datang, namun tidak denganku. Bahkan melirikpun tidak.
Si pria yang datang bersamanya menghampiriku, duduk di sampingku.
"Aku hanya mau bilang, aku mau ajak dia jalan." Benar benar tanpa basa basi. "Ini untuk sopan santun saja, toh kamu sudah tidak berhak melarang kan?"
Belati kasat mata menusuk sangat dalam. Sakit, namun aku hanya bisa diam. Senyum yang akhirnya muncul pun pasti terlihat sangat dipaksakan.
"Ajaklah. Dia sangat pantas untuk bahagia."
Ketika pada akhirnya malam ini cafe bawah pohon rindang menjadi pilihan, semua memang karena aku ingin mengenangnya.
"Besok dia menikah." Gumamku.
"Lalu?" Jawab seorang teman yang juga temannya dan teman si pria. "Bagus kan akhirnya dia bisa bahagia setelah kamu tinggalkan."
Aku menunduk, menghirup kopiku.
Entah siapa yang dilukai dan melukai. Cerita kami terlalu rumit untuk dimengerti, biarlah pohon rindang ini jadi saksi dalam sunyi.
Semoga kau bahagia, kekasih.
Selasa, 08 April 2014
Hieronimus
Sempat agak lama mencari nama baptis untuk si kecil di perut. Sempat pengin nama baptis Bernardius tapi papanya nggak mau, gara gara ada kartun Bernard si beruang kesukaan kakak kakaknya.
"Ntar Clara manggilnya Enad Enad." Kata papanya.
Mau tidak mau hunting lagi dan ketemu lah Hieronimus.
Dari sumber Iman Katolik.or.id, ada dua Hieronimus sebenarnya. Pertama Hieronimus Emilianus dan yang kedua Hieronimus saja. Masing masing santo yang luar biasa, sehingga harapan mamanya si kecil bisa mendapatkan kebaikan kebaikan dari keduanya. Namun jika harus memilih, maka Hieronimus Emilianus yang dipilih.
Dua duanya akan coba aku tampilkan, berdasarkan ImanKatolik.or.id
Hieronimus Emilianus, Pengaku Iman
Hieronimus Emilianus dikenal sebagai seorang panglima perang di
Kastelnuovo. Ketika Kastelnuovo jatuh ke tangan musuh, Hieronimus
ditangkap dan dipenjarakan di dalam sebuah sel bawah tanah yang dingin
dan kotor.
Kondisi tempat itu sangat menyiksa. Namun justru di dalam sel itulah
Hieronimus menemukan suatu cahaya kehidupan yang baru yang mendekatkan dia kepada Allah. Kesulitan dan kesengsaraan yang sedemikian hebat di dalam sel itu membawa dia kepada suatu doa
yang tulus kepada Bunda Maria: Bunda Maria, lindungilah aku anakmu!
Aku berjanji akan memperbaiki hidupku dan menyerahkan diriku seutuhnya
kepadamu. Hieronimus bertobat.
Doa singkat yang tulus itu terkabulkan. Tak lama kemudian ia dapat meloloskan diri dari penjara itu dan melarikan diri. Tatkala kedamaian telah kembali meliputi seluruh kota, Hieronimus diangkat sebagai Wali kota Kastelnuovo pada tahun 1511. Tujuh tahun kemudian ia ditabhiskan menjadi imam.
Sesuai dengan janjinya kepada Bunda Maria
ketika berada di penjara, Hieronimus membaktikan seluruh hidupnya
kepada kepentingan Gereja dan usaha-usaha karitatif seperti memelihara
anak-anak yatim piatu, menampung anak-anak gelandangan dan lain-lain.
Dari Venesia, ia pergi ke Padua dan Verona. Selanjutnya ia menjelajahi seluruh Italia Utara untuk mendirikan panti-panti asuhan bagi anak-anak miskin dan terlantar. Doa singkat yang tulus itu terkabulkan. Tak lama kemudian ia dapat meloloskan diri dari penjara itu dan melarikan diri. Tatkala kedamaian telah kembali meliputi seluruh kota, Hieronimus diangkat sebagai Wali kota Kastelnuovo pada tahun 1511. Tujuh tahun kemudian ia ditabhiskan menjadi imam.
Anak-anak itu diberi pendidikan yang baik sesuai dengan bakat-bakatnya. Ada yang menempuh pendidikan jurusan teknik, dan adapula yang memasuki sekolah umum. Dalam melaksanakan karya besarnya itu, Hieronimus dibantu oleh empat orang pemuda. Bersama mereka, Hieronimus mulai membentuk tarekatnya, yang disebut Tarekat Imam Imam Regulir dari Somaska. Spiritualisme dan aturan-aturan khusus diciptakan agar ada suatu ciri khas bagi tarekatnya itu. Ia mendirikan kolese kolese dan sebuah seminari Menengah untuk mendidik calon-calon imam, Tuhan senantiasa memberkati karya Hieronimus dengan berkat yang melimpah. Hieronimus meninggal dengan tenang pada tahun 1537.
Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius
Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342.
Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya.
Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup
Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12
tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat. Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral
orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas
sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu. Pada saat
itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian
yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke
makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya. Kehidupan
rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan
sesama.
Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana: beberapa lama
untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh.
Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di
padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia
hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan
hidup rohaninya dengan doa dan puasa. Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani.
Berkat kemajuan
hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi
imam. Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah
menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada
cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak
pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya. Hieronimus
kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri
Paus Damasus (366-384). Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam
tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin,
Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk
membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan
Ibrani ke dalam bahasa Latin. Untuk menunaikan tugas suci itu, ia
pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30
tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi. Perjanjian Lama
diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin,
sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang.
Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer,
dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja.
Selain terkenal luas
karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai
seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani.
Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan
bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di
Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama
berada di Betlehem. Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para
biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa
Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah
Pelagianisme. Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus
giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan
oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga
Gereja yang besar.
Aku menyukai penyerahan diri Hieronimus Emilianus, ingin anakku kelak dalam kondisi apapun dia, dia akan tetap menyandarkan hidup pada Tuhan. Aku selalu percaya, Tuhan selalu memberikan yang terbaik dalam hidup kita jika kita percaya dan berserah pada-Nya. Pengabdian Hieronimus Emilianus di dunia pendidikan juga tak bisa dipandang sebelah mata, dia menyadari bahwa setiap manusia punya kelebihan masing masing dan memfasilitasi kelebihan tersebut untuk pengembangan diri.
Aku menyukai karya besar Hieronimus, ingin anakku kelak bisa menghasilkan karya besar pula. Alkitab dalam berbagai bahasa bukan merupakan hasil karya sederhana, itu hasil karya yang luar biasa!
Jadilah anak yang menghasilkan karya besar namun tetap menyandarkan hidupmu pada Tuhan ya,nak....
#Berkatilah doa seorang ibu ini ya Tuhan
Rabu, 02 April 2014
Atas Nama Cinta
Ia menarik layar HP touchscreennya ke atas. Membaca kalimat demi kalimat dengan rasa dahaga teramat sangat, dari satu berita beralih ke berita lain bertopik sama. Berita pembunuhan seorang gadis oleh sepasang kekasih, sang mantan dengan kekasih barunya.
Ia terpaku saat sampai pada foto sepasang kekasih itu. Si kekasih baru tersenyum! Seketika hatinya hangat. Ia meletakkan HP dengan hati ringan, dahaganya telah terpuaskan.
Aku memahamimu kawan. Lelaki memang hanya sosok pengecut yang bersembunyi di balik kata logika. Cinta pun tak diperjuangkan dengan dalih logika, namun tetap disimpan dengan bungkusan terindah.
Meskipun cerita kita tak persis sama kawan, namun rasa kita sama.
Aku menikahi pengecut yang masih menyimpan cinta teramat besar terhadap kekasihnya, bahkan terus menjalin hubungan meskipun telah ada aku, pilihan keluarganya.
Lelaki berbeda dengan kita kawan, cinta kita perjuangkan sampai titik darah penghabisan. Aku mencintainya maka aku memperjuangkan cinta ini sampai darah penghabisan.
Senyum dan senandung pun muncul dari mulutnya, tanda kepuasan, melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Masih ada sepasang kaki putih mulus belum selesai dimusnahkan.
#Fiksi
#inspirasi : cerita instagram agusnoor
Selasa, 30 Juli 2013
Lost on Me
Bohong jika aku tidak kehilangan...
Fransisca Dian Lina adalah aktifis dari kecil!!
Renang, drumband, musik, pramuka saat SD. Aktifis Gereja saat SMP dan SMA, bahkan PENGGERAK, bukan sekedar aktifis. Ketua PMKRI pun di tangan sat kuliah.
Diam?? Tidak ada dalam kamus.
Gerah! Melihat teman teman santai saat kerja, apalagi punya prinsip yang penting terima gaji. Itu bukan Lina! Ada hak, ada kewajiban, dan lakukan dengan sebaik baiknya.
Kerja...kerja...kerja...
Dan sekarang? Plasss semua hilang.
Ibu rumah tangga, memandikan anak, antar jemput sekolah anak, habis itu bingung mau apa. Paling hanya bisa main games dan internetan seharian.
Tuhan..... rasanya ingin teriak.
Meskipun sudah mengalami berbagai tahap berperang dengan diri sendiri dan sudah sampai pada tahap bisa menerima, namun rasa kehilangan itu masih ada.
Dan muncul sebuah pertanyaan.......
Mau jadi apa aku nantinya?
Fransisca Dian Lina adalah aktifis dari kecil!!
Renang, drumband, musik, pramuka saat SD. Aktifis Gereja saat SMP dan SMA, bahkan PENGGERAK, bukan sekedar aktifis. Ketua PMKRI pun di tangan sat kuliah.
Diam?? Tidak ada dalam kamus.
Gerah! Melihat teman teman santai saat kerja, apalagi punya prinsip yang penting terima gaji. Itu bukan Lina! Ada hak, ada kewajiban, dan lakukan dengan sebaik baiknya.
Kerja...kerja...kerja...
Dan sekarang? Plasss semua hilang.
Ibu rumah tangga, memandikan anak, antar jemput sekolah anak, habis itu bingung mau apa. Paling hanya bisa main games dan internetan seharian.
Tuhan..... rasanya ingin teriak.
Meskipun sudah mengalami berbagai tahap berperang dengan diri sendiri dan sudah sampai pada tahap bisa menerima, namun rasa kehilangan itu masih ada.
Dan muncul sebuah pertanyaan.......
Mau jadi apa aku nantinya?
Jumat, 12 April 2013
Tuhan, Buatkan Jalan untuk Kami.....
Semoga perjalanan minggu depan membawa hasil untuk semua permasalahan yang ada.
Terkadang ada saat semuanya terasa berat. Rumah belum dapat, kepastian kerjaku juga belum jelas, yang pasti juga membuat sekolah Gita belum jelas dimana. Kadang ingin berkeluh kesah, tapi pada siapa....
Pindah ini adalah keputusan bersama, susah senang harus ditanggung bersama, jadi tidak mungkin aku mengeluh pada suami yang sedang memikirkan masalah yang sama. Aku yakin beban terasa lebih berat di pundaknya.
Tuhan buatkan jalan untuk kami.
Terkadang ada saat semuanya terasa berat. Rumah belum dapat, kepastian kerjaku juga belum jelas, yang pasti juga membuat sekolah Gita belum jelas dimana. Kadang ingin berkeluh kesah, tapi pada siapa....
Pindah ini adalah keputusan bersama, susah senang harus ditanggung bersama, jadi tidak mungkin aku mengeluh pada suami yang sedang memikirkan masalah yang sama. Aku yakin beban terasa lebih berat di pundaknya.
Tuhan buatkan jalan untuk kami.
Jumat, 01 Maret 2013
Bluurrrr
Hari ini sangat ingin menangis.
Tidak terasa bulan Februari sudah berlalu, dan Maret pun sudah harus ditempuh.
Bulan berjalan namun sepertinya semakin tidak ada kepastian.
Mudah saat menetapkan Juni kami sudah harus pindah, tapi tidak mudah saat kenyataan demi kenyataan menghambat jalan kami untuk mencapai tujuan. Jawaban dari permintaan pindah yang masih jauh dari harapan, lokasi rumah yang belum tahu juga harus dimana, sekolahnya Gita bagaimana, melihat harga rumah yang jauh dari kemampuan.
Semua yang jauh dari harapan ini membuat sesak.
Semakin tambah sesak dengan menyadari bahwa aku sendiri tidak pernah berusaha "meminta" pada yang di atas. Novena dan puasa selalu gagal di tengah jalan.
Apalagi hari ini, saat aku berusaha hunting rumah dan memberikan pilihan ke suamiku. beberapa rumah di atas 400 juta, dia memberikan jawaban "Uang dari mana, say?" Sediiiihhhh sekali rasanya.
Rumah kami yang sekarang memang cukup nyaman, besar dan luas. Saat ini masih susah merubah paradigma kami akan tinggal di rumah yang lebih sempit.
Tuhan....
Bantu kami yang jauh dari pada Mu ini.
Tidak terasa bulan Februari sudah berlalu, dan Maret pun sudah harus ditempuh.
Bulan berjalan namun sepertinya semakin tidak ada kepastian.
Mudah saat menetapkan Juni kami sudah harus pindah, tapi tidak mudah saat kenyataan demi kenyataan menghambat jalan kami untuk mencapai tujuan. Jawaban dari permintaan pindah yang masih jauh dari harapan, lokasi rumah yang belum tahu juga harus dimana, sekolahnya Gita bagaimana, melihat harga rumah yang jauh dari kemampuan.
Semua yang jauh dari harapan ini membuat sesak.
Semakin tambah sesak dengan menyadari bahwa aku sendiri tidak pernah berusaha "meminta" pada yang di atas. Novena dan puasa selalu gagal di tengah jalan.
Apalagi hari ini, saat aku berusaha hunting rumah dan memberikan pilihan ke suamiku. beberapa rumah di atas 400 juta, dia memberikan jawaban "Uang dari mana, say?" Sediiiihhhh sekali rasanya.
Rumah kami yang sekarang memang cukup nyaman, besar dan luas. Saat ini masih susah merubah paradigma kami akan tinggal di rumah yang lebih sempit.
Tuhan....
Bantu kami yang jauh dari pada Mu ini.
Senin, 21 Januari 2013
Pindah!!
Pindah deh pindahhh....#membulatkan tekad.
Tuhan lancarkan yaaaaa......
Mudahkan seperti dulu Kau pernah memudahkannya.
Tuhan lancarkan yaaaaa......
Mudahkan seperti dulu Kau pernah memudahkannya.
Langganan:
Postingan (Atom)